Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhuskan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan(Santrock,2007). Pengajaran adalah adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar serta mempermudah seseorang dalam proses belajar. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses dimana terjadi hubungan interaksi antara pengajar dan peserta didik. Salah satu bagian ataupun komponen penting yang dapat mempengaruhi apakah proses belajar mengajar berjalan dengan baik atau tidak adalah pengajar. Dalam postingan kali ini, saya akan mambahas tentang cara mengajar pendidik sekarang menurut pengalaman saya. Pengalaman saya ini sudah banyak dialami oleh para siswa sekarang, dan menurut saya pengalaman saya ini cukup mempengaruhi kadar ilmu yang saya miliki.
Seorang pengajar dapat dikatakan berhasil dalam mengajar bukan hanya ketika dia dapat menguasai bahan ajaran yang akan disampaikan. Pengajar yang baik adalah pengajar yang bukan hanya pintar untuk dirinya saja, melainkan juga dapat pintar untuk mengajari orang lain.
Sedikit berbagi pengalaman, ketika saya duduk di bangku SMA, saya memiliki masalah dalam pelajaran fisika. Menurut saya, guru saya adalah seorang guru yang pintar. Guru saya selalu mampu menjawab soal baik dari buku, maupun soal yang berasal dari internet. Akan tetapi, saya merasa bahwa setiap saya diajar oleh beliau, saya merasa percuma. Saya tidak mengerti apa yang saya catat. Selain itu, saya merasa dua jam pelajaran adalah jumlah waktu yang cukup lama karena saya tidak menikmati pelajaran tersebut. Berbeda halnya ketika saya belajar matematika. Kedua mata pelajaran tersebut sama-sama berkaitan dengan hitung-menghitung. Tapi saya selalu merasa bahwa waktu lebih cepat berputar ketika saya belajar matematika. Ketika saya membandingkan kedua mata pelajaran ini saya menyadari bahwa saya tidak senang belajar fisika, bukan karena pelajarannya tapi karena gurunya.
Banyak orang mengatakan, jika ingin menyukai suatu pelajaran, sukai dulu pengajarnya. Tapi saya tidak pernah menyukai guru fisika saya ini, bahkan sampai sekarang saya masih menyesal karena saya merasa tidak tahu apa-apa selama tiga tahun ketika saya diajar olehnya. Guru fisika saya ini, tahu akan materi yang diajarkannya, tapi dia tidak pintar untuk mengajari orang lain. Disinilah yang menjadi kendala ketika saya belajar. Ini bukanlah pandangan subjektif, karena pada kenyataannya hampir semua siswa yang belajar fisika dengan pengajar yang sama, memiliki kendala sama seperti saya. Untuk itulah setiap pengajar memerlukan keterampilan mengajar yang baik dan benar. Menurut saya, jika terdapat siswa yang mendapat nilai jelek dalam satu mata pelajaran, itu adalah hal yang wajar. Tetapi, jika sebagian besar siswa mendapatkan nilai yang jelek dalam satu mata pelajaran, maka si pengajar harus mengintropeksi cara mengajarnya. Saya sering kali mendengar kalimat dari guru saya yang mengatakan, “kalau dia bisa, kenapa kamu tidak bisa”? Dari pertanyaan yang terkesan menyindir ini saya sadar bahwa kata-kata ini tidak hanya berlaku bagi kami para pelajar, melainkan juga berlaku bagi para pengajar. “Kalau pengajar yang satu bisa mengajar kami yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, kenapa pengajar yang lain tidak bisa”?
Dalam dunia pendidikan, kita sering kali melihat bahwa terdapat pihak yang akan dipojokkan dalam proses belajar mengajar. Saya tidak mengatakan bahwa ada pihak yang lebih atau kurang penting dalam proses ini. Jika tidak ada kerja sama antara pengajar dan yang diajar, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik.
No comments:
Post a Comment