KOOPERATIF, MENJADI
LEADER? BUKAN SUATU HAL YANG LUAR BIASA BAGI MAHASISWA PSIKOLOGI
Hari ini
saya mengikuti kuliah pengganti mata kuliah Psikologi Pendidikan. Menurut informasi
yang saya dapatkan, hari ini kami akan mengadakan reveiew tentang materi-materi
kuliah yang selama ini telah kami dapatkan. Mendengar kata ‘review’, saya merasa
sedikit parno karena kata tersebut bisa bermakna ganda. Di beberapa mata kuliah
lain, review materi adalah melakukan pembahasan secara keseluruhan
materi-materi kuliah yang akan dimasukkan ke dalam soal UAS. Biasanya dosen
menanyakan, materi mana yang sulit, atau materi mana yang paling dikuasai, dan
sebagainya. Akan tetapi, kata ‘review’ ini tidak menutup kemungkinan bahwa
review yang kali ini akan dilakukan dengan cara kuis. Kalau ingin jujur, saya
tidak bisa membayangkan jika harus menghadapi kuis pendidikan secara tiba-tiba.
Berhubung akhir-akhir ini banyak tugas yang mendekati deadline, saya menyadari
bahwa akhir-akhir ini saya tidak ada menyentuh buku pendidikan sedikit pun. ^_^
Ketika
kelas dimulai, saya semakin takut karena dosen pengampu menyuruh kami untuk
mengeluarkan selembar kertas dan menuliskan anma dan NIM kami masing-masing. Pada
saat itu, saya hanya bisa pasrah dan mengatakan pada teman yang duduk di
samping kanan dan kiri saya “Kita jawab soalnya pakai perasaan aja yuk, main
feeling”. Di luar dugaan saya, ternyata dosen pengampu benar-benar melakukan
review sebagaimana yang saya harapkan. Tulisan di papna tulis yang tadinya saya
pikir adalah soal kuis adalah menanyakan berbagai jenis pertanyaan yang memang
selayaknya meriview. Saya hanya bisa menghembuskan nafas sambil bersyukur. :D
Beberapa
pertanyaan yang harus kami jawab adalah:
- 1Apa saja materi pendidikan yang selama ini kami dapatkan (minimal 7)?
- Materi apa yang paling kamu kuasai (minimal 3?
- Materi apa yang paling berkesan (+/-)
- Berapa postingan yang telah kamu buat di blogmu?
- Apa alamat blogmu?
Kurang lebih pertanyaannya demikian yang bisa saya
ingat
Kemudian kami juga diminta untuk memberikan kesan
dan pesan terhadap materi pendidikan tersebut. Mulai dari manfaat materi
tersebut, proses pembelajara, sampai kepada pendapat kami terhadap
masing-masing dosen pengampu yang terdiri dari 4 orang.
Setelah kami selesai melakukan aktivitas meriview
tersebut, dosen pengampu memilih 2 orang dari antara kami semua untuk melakukan
suatu hal yang menarik. Hal inilah yang menjadi salah satu ide saya untuk
menuliskan postingan lagi setelah sampai di rumah. Ibu dosen pengampu menyuruh
2 orang yang telah beliau pilih untuk memberikan energizing.
Energizing? What’s
that? Ya, seperti namanya. Jika diterjemahkan secara harafiah, energizing itu
seperti memberikan semangat. Sekilas saya mendengar seseorang dari antara
teman-teman saya menyebutkan bahwa energizing seperti batrai. Ya, bisa jadi. Karena
batrai memang memberikan energi. Energi? Hmmm, memang sih memiliki pengertian
yang agak melenceng dari semangat, tapi kurang lebih maksudnya sama. Kedua teman kami yang telah dipilih akhirnya
berhasil memberikan sebuah energizing singkat, walaupun pada awalnya mereka
terlihat seperti mengalami kesulitan. Tapi over all, 2 jempol lah. ^_^
Yang menarik perhatian saya adalah pesan dari dosen
pengampu, yaitu:
- Kooperatif
- Energizing bukanlah suatu hal yang luar biasa untuk ukuran mahasiswa psikologi.
Kooperatif? Ya, mungkin jika saya yang berada di
posisi mereka saya tidak tahu harus apa. Saya sangat tahu bagaimana rasanya
berada di depan, pasti sangat nervous. Pada saat itu saya menyadari bahwa,
suatu saat saya juga akan mengalami hal tersebut. Saya akan berada di posisi
bersama orang yang mungkin tidak akrab dengan saya, bahkan mungkin saja bersama
orang yang tidak saya kenal. Saya harus melakukan apa pada saat itu? Diam dan
menunggu seseorang untuk memulai percakapan? Saya rasa itu bukanlah pilihan
yang tepat. Terkadang, diam dan menunggu itu memang penting tetapi semua
berbalik pada situasinya. Sebagai mahasiswa psikologi saya harus melatih diri
saya sejak dini untuk bersikap professional pada pihak manapun.
Pesan yang kedua adalah yang paling menarik
perhatian saya. Energizing bukanlah suatu hal yang luar biasa untuk ukuran
mahasiswa psikologi, padahal mungkin saya belum pernah sama sekali
melakukannya. Saya tahu dalam perkuliahan yang menginjak semester 2 ini saya
belum terlalu aktif. Tapi saya tidak pesimis. Tidak pernah ada kata terlambat
untuk orang yang ingin berubah. Kalimat “Bukan suatu hal yang luar biasa bagi
anak psikologi” seakan menyindir saya. Saya tahu banyak dari antara kami semua
yang tidak bisa memberikan energizing tersebut, karena saya melihat dan
mendengar beberapa teman saya mengatakan “kalau aku yang di depan, ga tau lah
aku mau ngapain”. Ketidaktahuan bukanlah suatu hal yang mutlak. Bagaikan seorang
bayi yang belajar dari merangkak hingga berjalan, seperti itu jugalah kami. Dosen
pengampu mengatakan “belajarlah untuk menjadi seorang leader”. Dalam mata kuliah ini saya dipilih untuk
menjadi ketua kelompok. Awalnya saya takut, saya merasa tidak cocok, saya
merasa orang lain lebih mampu dari pada asaya. Tapi saya melupakan 1 hal, yaitu
: Saya memiliki sesuatu yang mungkin mereka tidak miliki. Apakah saya
mengetahui apa itu? Tidak. Tapi bagaimana cara saya megetahuinya? 1 jawaban
yang bisa saya temukan, saya akan menemukan jawaban itu ketika saya belajar
menjadi leader. ^_^
No comments:
Post a Comment